MENYEDIAKAN BERBAGAI MACAM TIPE UKURAN BAN - BAN FORKLIFT - SERVICE TUNE UP - SPOORING BALANCING - ANGIN NITROGEN - CUCI MOBIL - GANTI STEMPET - VULKANISIR DAN LAIN LAIN

Rabu, 14 Juli 2010

JANGAN SEMBARANG TEMPAT MENGGANTI BAN KEMPIS

OTOMOTIFNET-Yang namanya apes, bisa terjadi pada siapa saja bukan? Salah satunya ban kempis. Asal ingat, jangan sembarang ganti ban karena mobil bisa jadi sasaran empuk para penjarah barang berharga. Boleh saja mengganti ban, tetapi harap lakukan dengan kepala dingin dan sikap yang tenang.

Taqwa SS menyarankan untuk melakukan manajemen barang sebelum perjalanan. "Simpan barang berharga di bagasi saja," cetusnya. Dengan demikian, bisa terhindar dari si panjang tangan. Kalau mobil tidak punya bagasi, jangan keluar dari mobil tanpa mengunci pintu. Bahkan hanya untuk memeriksa ban sekeliling sisi.

Intinya, sebisa mungkin tidak meninggalkan barang-barang berharga Anda di dalam mobil tanpa pengamatan. Seperti dialami Adit ketika Suzuki APV miliknya kempis, laptop raib sekejap. Padahal ia hanya turun dari mobil untuk melihat kondisi ban kiri. "Ganti ban saja belum," kenangnya.

Kalaupun kondisi jalan men­curigakan, cari tempat berhenti yang lebih baik. Efeknya memang bisa bikin ban rusak atau risiko terbesar risiko pelek yang keriting. Nah, per­tim­bangannya terserah Anda. Namun, lebih baik waspada bukan?

TUH ADA ASAP

Kejadian ini kerap terjadi di daerah pegunungan dengan jalur mendaki dan turunan. Modusnya, ada yang berteriak sambil menunjuk ada asap keluar dari sekitar roda. Ingat sekali lagi, jangan panik!

Soalnya, peringatan asap di roda langsung mengingatkan pada rem. Anggapannya, kalau sampai rem blong, bisa berabe. Padahal belum tentu. Karena asap keluar dari ban bukan tanpa sebab. Pastinya, dengan pemakaian normal, tidak akan ada asap keluar dari sekitar ban. "Bisa jadi ada yang menyemprotkan cairan ke dalam roda," ujar Farid M, bos bengkel OtoDesign mencoba menganalisis.

Kalau mengalami hal ini, jangan buru-buru minggir. "Siapkan mental, lalu coba rem. Kalau masih ada, berarti tidak apa-apa," lanjut Farid.

Malah, kalau masih bisa ngerem dengan baik, perjalanan bisa diteruskan. Kecuali memang penasaran banget, cari tempat minggir yang cukup baik, aman dan ramai. Hal ini akan memperkecil gerak para pencoleng untuk beraksi menyikat barang berharga atau menawarkan jasa perbaikan dengan ongkos yang tidak masuk akal.

WASPADA JAM RAWAN

Aksi komplotan pelaku perampasan barang berharga di mobil, belakangan seolah sudah terjadwal, lantaran dilakukan pada waktu tertentu dan sudah memiliki pola.

Menurut Kompol Sunarto, Kapolsek Pasar Minggu, Jaksel, komplotan geng api-api biasanya melancarkan aksinya pada jam-jam dengan kondisi lalu lintas agak lengang. Seperti siang hari setelah jam istirahat kantor, atau selepas jam pulang kantor mulai pukul 20.00 WIB ke atas.

Kewaspadaan para pemilik kendaraan mesti lebih ditingkatkan, terutama kaum hawa yang biasa nyetir mobil sendirian. Jika kebetulan sedang melintas di ruas jalan yang terlihat sedikit lengang, usahakan tidak melarikan mobil pada kecepatan rendah. Karena kondisi tersebut memudahkan para penjahat kambuhan ini.


Begitu juga dengan area pinggiran Tangerang-Jakarta atau Bekasi- Jaktim. “Biasanya setelah jam 09.00 WIB atau di atas jam 20.00 WIB, komplotan merasa ada kesempatan melakukan aksinya,” terang Yudi SW.

Kasus di Cakung pelaku membuntuti korbannya cukup jauh dan beraksi lebih dari satu sepeda motor. Komplotan ini juga hapal area yang cukup aman menjalankan aksi di pinggir jalan. Antara lain, tidak dekat dengan warung, tukang ojek mangkal hingga lampu merah yang padat.

Aksi komplotan ban kempes tidak melulu ban mobil harus kempes beneran. Makanya banyak korban yang malu melapor. “Kok bisa semudah itu tertipu ya,” geram Halim, pemilik Honda City yang laptopnya raib di Jl. Industri, Jakpus.

5 BAHAYA MENGINTAI KITA

Jangan sepelekan si karet bundar. Mesti terbilang ‘alas kaki’ tetapi kalau tak jeli betul, bisa-bisa mengundang bahaya besar. Lantas, apa saja bahaya yang perlu diwaspadai?

KURANG ANGIN
Sekitar 80 persen persen kecelakaan karena ban, disebabkan kurang angin yang menyebabkan over defleksi. Karena kurang angin selagi menahan berat kendaraan dan penumpang, ban jadi bleber ke samping.

“Yang menapak ke aspal hanya pinggiran ban, bagian tengahnya tertekuk ke atas. Ciri-ciri sering kurang angin, bagian sampingnya lebih cepat habis,” kata Ign. Dwi Triono, departemen head technical service PT Gadjah Tunggal Tbk.

Ban juga lebih mudah pecah dan pelek rusak bila melindas gundukan, lubang atau obyek lain di jalan. Sementara mobil jadi sulit dikontrol. Reaksi jadi lebih lambat dari semestinya karena ban lembek. (foto kempes)

KELEBIHAN ANGIN
Ini juga bisa jadi masalah. Saat kelebihan angin, permukaan ban jadi cembung. Akibatnya, permukaan yang menapak dengan aspal hanya bagian tengahnya saja. Jumlah kontak area dengan jalan makin kecil, akibatnya ban jadi seperti ngambang. Pada kecepatan tinggi handling jadi sulit. Terkena benda, benjolan atau lubang sedikit saja bisa langsung pecah.

TIDAK LAYAK
Pensiunkan kalau kondisi ban sudah enggak layak. Ciri-cirinya; gundul, kembangan aus, retak, apalagi kalau sampai terlihat serat-seratnya. Ban gundul, daya cengkeram atau friction force-nya sudah menurun. Jadi mudah slip, apalagi di permukaan licin atau basah.Ban yang sudah terlihat kawat atau serat-seratnya jelas tidak aman. Kalau langsung menyentuh dan bergesekan dengan permukaan jalan, serat akan terurai. “Padahal serat itu fungsinya seperti tulang di tubuh kita, sebagai penguat. Kalau sudah terurai, ban jadi rawan pecah. Ciri-cirinya, benjolan. Itu akibat tekanan udara ke dinding ban yang sudah tidak bertulang,” terang ketua Tim Tire Adjustment Asosiasi Perusahaan Ban Indonesia tersebut.
Syarat kelayakan ini juga berlaku untuk ban dalam. Yang kualitasnya kurang, kemampuan memuainya juga terbatas, jadi gampang pecah. Ganti kalau sudah kebanyakan tambalan. Kalau ban luar baru, yang dalam juga harus diganti. Ban dalam yang sudah dipakai jadi memuai, kalau dipasang ke yang baru jadi terlipat dan rawan pecah. (foto ban-ban rusak)

SALAH APLIKASI
Gunakan ban dan pelek yang sesuai. Ban tubeless, mestinya memakai pelek yang khusus untuk ban tersebut. Begitu juga untuk ban tube type (dengan ban dalam). Pelek untuk ban tubeless, punya hump tambahan untuk menahan ban dan mencegah angin keluar. Selain itu, selalu gunakan ban dengan tipe, ukuran, konstruksi (radial atau bias) yang sama. Meskipun bagus, konstruksi beda bikin gampang slip. (foto pelek tubeless)

TAMBALAN ASAL-ASALAN

Hati-hati saat menambal ban. Penambalan mestinya dari dalam ke arah luar. Jadi ketika mendapat tekanan udara, tambalan jadi makin kuat. “Tambalan asal juga bisa merusak steel cord, serat baja ban. Air dan udara bisa merembes masuk lewat tambalan, akibatnya bikin serat karatan dan gampang putus, ban jadi benjol,” papar Dwi. (foto tambalan)

KAPAN MESTI GANTI?
Jangan menunggu botak atau benjol-benjol untuk mengganti ban. Tiap ban punya Tread Wear Indicator (TWI), tanda batas pemakaian. Berupa simbol segitiga dan semacam benjolan di tengah alur, di enam bagian ban. Kalau permukaan ban sudah sama dengan benjolan, artinya ban sudah harus diganti. Kalau terus dipakai, sedikit lagi karet habis dan steel cord bakal bersentuhan langsung dengan permukaan jalan.

TUTUP PENTIL
Meski kecil, bagian ini enggak boleh diabaikan. Tutup pentil mencegah masuknya kotoran ke dalam ban dan udara yang menyelusup keluar. Sebaiknya sekali-kali periksa bagian ini. Tutup pentil terpasang dengan ulir, lama-lama bisa kendor karena getaran saat kendaraan bergerak. “Kalau kendor angin bisa keluar lewat situ. Tutup pentil juga mencegah masuknya kotoran dan air. Kotoran bisa menekan katup udara, lama-lama kayak bocor, angin keluar dari situ,” jelas Dwi.(Sumber : http://www.otomotifnet.com)